ANJURAN MENIKAHI WANITA PRODUKTIF DALAM SUNAN AN-NASA’I (Studi Ma’anil Hadits)

ROBIATUL WAHIDA, NIM. 10330019 (2018) ANJURAN MENIKAHI WANITA PRODUKTIF DALAM SUNAN AN-NASA’I (Studi Ma’anil Hadits). Diploma thesis, UPT Perpustakaan UIN Raden Fatah Palembang.

[img]
Preview
Text
FULL SKRIPSI ROBIATUL.pdf

Download (3MB) | Preview
Official URL: http://perpustakaan.ac.id

Abstract

ABSTRAK Skripsi ini berjudul, “ Anjuran Menikahi Wanita Produktif Dalam Sunan An-Nasa’i (Studi Ma’anil Hadits). Perkawinan juga merupakan sunnah Rasulullah SAW, dimana sebagai umatnya kita harus mengikuti. Nikah merupakan suatu ajaran yang sangat dianjurkan oleh nabi Muhammad. Terutama anjuran menikahi wanita produktif. Product” yang berarti hasil. Productive berarti menghasilkan, Produktif juga bisa dikatakan subur yaitu dapat tumbuh dengan baik dan kesuburan (dalam keadaan subur) yaitu kemampuan menghasilkan keturunan. Salah satu hadits yang menarik untuk dikaji yaitu hadits tentang anjuran menikahi wanita produktif terkhusus dalam sunan an-Nasa’i. Hadits ini membicarakan tentang anjuran ditujukan kepada laki-laki, jika menikah hendaklah menikah dengan wanita yang dapat melahirkan anak. Apakah memang harus demikian? Padahal subur tidaknya seorang wanita tidak ditentukan oleh manusia, tentu Allah yang lebih berkehendak atas segalanya. Selain itu mengapa pihak laki-laki tidak diisyaratkan subur juga? Karena tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran anak dalam sebuah keluarga tidak bisa lepas dari kedua belah pihak, baik laki-laki maupun perempuan keduanya harus sama-sama subur. Bentuk penelitian ini adalah Library research ( penelitian kepustakaan) karena penetian ini bersifat kepustakaan, maka data yang digunakan ditentukan dengan dua sumber data: data primer dan data skunder. Caranya dengan mengumpulkan, membaca serta menganalisa terhadap bahan-bahan pustaka yang digunakan sebagai rujukan dalam penelitian. Kemudian untuk memahami hadits tentang anjuran menikahi wanita produktif dalam sunan An-Nasa’i, agar dapat dipahami makna yang jelas serta kualitas dari suatu hadits dan lebih mudah dalam konteks kekinian, maka penulis menggunakan metode ma’anil hadits yang ditawarkan oleh Yusuf Qardhawi dalam bukunya “ Studi Kritik As-Sunnah”, yaitu, memahami hadits sesuai petunjuk al-Quran, menghimpun hadits-hadits yang terjalin dalam tema yang sama, memahami hadits berdasarkan latar belakang, kondisi dan tujuannya,dan memastikan makna peristilahan yang digunakan oleh hadits atau makna perkata. Kesimpulan dari pembahasan ini menunjukkan 1. Kualitas hadits tentang anjuran menikahi wanita Produktif dalam kitab Sunan An-Nasa’i adalah Shahih. Penilaian an-Nasa’i sebagai ulama yang tergolong mutasyaddid yang menilai laisa bihi ba’sa dan selebihnya sanad-nya bersambung 2. Dengan melihat kondisi saat hadits ini turun, maka sangatlah wajar jika kesuburan wanita sangat diperhitungkan. Hal ini dikarenakan posisi wanita pada saat itu adalah obyek pasif dan mayoritas pihak yang aktif dalam urusan publik adalah laki-laki. Sehingga wajar wanita dijadikan bahan pertimbangan dalam urusan pernikahan. Selain hal tersebut, teladan dari pernikahan Rasulullah juga dapat dijadikan pertimbangan. Karena hadits ini kontroversi antara realitas dengan idealis. Karena Rasulullah menikahi perempuan yang lebih tua dan sebagian besar dari istri Rasulullah adalah janda yang tidak dapat melahirkan anak. Akan tetapi dalam kehidupan rumah tangga Rasululah beliau tidak mempermasalahkan kesuburan istri-istrinya. Yang terpenting adalah bagaimana jalan terbaik untuk tetap menjaga keutuhan rumah tangga dalam segala situasi apapun 3. Hadits tentang anjuran menikahi wanita produktif dalam sunan An-Nasa’i ini akan relevan jika ditempatkan pada saat memilih pasangan sebelum menikah. Namun hadits ini tidak relevan lagi jika pasangan tersebut telah menikah. Karena pernikahan telah mengikat mereka dengan ikrar saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bagaimana pun caranya rumah tangga harus tetap dipertahankan dengan jalan terbaik yang dapat dikomunikasikan antara suami istri agar salah satu pihak baik istri maupun suami tidak merasa dirugikan. Hal ini mengisyaratkan bahwasanya anak bukanlah tujuan utama yang terpenting adalah kualitas pernikahan tersebut agar tetap terjaga keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
Depositing User: perpus perpus perpus
Date Deposited: 14 Jun 2019 06:27
Last Modified: 14 Jun 2019 06:27
URI: http://eprints.radenfatah.ac.id/id/eprint/3065

Actions (login required)

View Item View Item