Pratiwi, Endang (2016) TRADISI NARIYAHAN DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUMISSYARIYYAH DESA TELANG KARYA KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN (Skripsi). Other thesis, UIN Raden Fatah Palembang.
|
Text
ENDANG PRATIWI_AdabSKI.pdf Download (9MB) | Preview |
Abstract
Tradisi nariyahan adalah tradisi membaca shalawat nariyah sebanyak 4.444 kali setiap malam jumat di Pondok Pesantren Darul Ulumissyar’iyyah Desa Telang Karya Kecamatan Muara Telang kabupaten Banyuasin, yang wajib diikuti oleh para kyai, dan santri yang bermukim di pondok pesantren. Tradisi nariyahan merupakan salah satu wujud dari sebuah praktek keagamaan yang dilaksanakan oleh para kyai dan santri dalam sebuah pesantren, yang memiliki makna penting bagi pengamalnya. Penelitian ini mengunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan sumbernya data, data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang upacara religi dari W. Robertson Smith, dan K.T Preusz. Obyek penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren Darul Ulumissyar’iyyah Desa Telang Karya Kecamatan Muara Telang kabupaten Banyuasin. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejarah, proses pelaksanaan, tujuan dan manfaat, serta makna simbol yang terdapat dalam tradisi nariyahan. Dari penelitian tersebut dapat penulis simpulkan, tradisi nariyahan ini merupakan sebuah amalan yang dibawa oleh KH. Moh. Nawawi yang mendapatkan amalan dari gurunya, yaitu mbah Maulani, kyai Fatoni, kyai Ahmad, kyai Ahmad Basyir, dan kyai Sholeh Hasan yang berijazah dari kyai Mahruz Ali Lirboyo, kemudian diamalkan di Pondok Pesantren Darul Ulumissyar’iyyah, dan menjadi kegiatan wajib setiap malam jum’at. Adapun pelaksanaanya terbagi dalam tiga tahap; Pertama, persiapan: bersuci, shalat magrib berjamaah dan pembacaan tahlil, shalat sunah taubat dan hajat, membaca hadiah fatihah kepada Nabi saw, syahadat, dan istigfar; Kedua, pelaksanaan: membaca shalawat nariyah; Ketiga, Penutup: doa. Tujuan dan manfaat tradisi nariyahan yaitu agar diberi kemudahan dan kekuatan dalam menuntut ilmu dan dikabulkan setiap hajat yang diinginkan. Simbol-simbol yang terdapat dalam tradisi nariyahan di Pondok Pesantren Darul Ulumissyar’iyyah, yaitu tasbih bermakna sebagai simbol ketaatan kepada Allah SWT, batu krikil bermakna kekuatan bagi santri dalam menuntut ilmu, mukenah bermakna sebagai benda suci dan simbol wanita dalam melaksanakan ibadah, dan kopiah bermakna sebagai ketaatan, dan kezuhudan muslim. Simbol yang berupa tindakan yaitu, membaca shalawat 4444 kali bermakna sebagai hitungan maksimal mencapai cita-cita selain itu karena mengikuti seorang guru, shalat sunnah dua rakaat hajat dan taubat bermakna memantapkan hajat dan mensucikan diri dari dosa, dilakukan pada malam jumat bermakna mendapat berkah kerena malam jumat adalah malam yang istimewa dan pemimpin hari-hari, dan berdoa bermakna permohonan keinginan hamba kepada Allah SWT.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Tradisi Nariyahan, Pondok Pesantren. |
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Divisions: | Faculty of Law, Arts and Social Sciences > School of Humanities |
Depositing User: | perpus perpus perpus |
Date Deposited: | 15 Oct 2016 04:19 |
Last Modified: | 15 Oct 2016 04:19 |
URI: | http://eprints.radenfatah.ac.id/id/eprint/595 |
Actions (login required)
View Item |