Sartika, Yuni (2016) KADAR MAHAR PERKAWINAN TERHADAP ANAK TUNGGU TUBANG DI KECAMATAN SEMENDE DARAT KABUPATEN MUARA ENIM DITINJAU DARI MAZHAB SYAFI’I DAN MAZHAB HANAFI (Skripsi). Other thesis, UIN Raden Fatah Palembang.
|
Text
YUNI SARTIKA_SyarPerMazHuk.pdf Download (410kB) | Preview |
Abstract
Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat sesuai kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan. Pergaulan hidup berumah tangga dibina dalam suasana damai, tentram, dan rasa kasih sayang antara suami dan istri. Yang menjadi masalah adalah bagaimana pendapat Mazhab Syafi’i dan Hanafi mengenai kadar mahar? Bagaimana kadar mahar perkawinan Tunggu Tubang di Kecamatan Semende Darat Kabupaten Muara Enim dalam konteks pendapat Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanafi? Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang dalam hal ini tidak menggunakan perhitungan angka-angka statistik, sedangkan metode analisis datanya menggunakan deskriptif analisis yakni menggambarkan Adat Perkawinan Tunggu Tubang di Kecamatan Semende Darat. Sebagai data sekunder, yaitu wawancara dan dokumentasi. Sebagai data sekunder, yaitu literatur lainnya yang relevan dengan judul skripsi ini. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknil field research (penelitian lapangan). Hasil penelitian menunjukan bahwa Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa mahar tidak ada batas terendahnya. Segala sesuatu yang mempunyai nilai dan harga bagi sesuatu yang lain dapat dijadikan mahar. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa sedikit-dikitnya mahar adalah sepuluh dirham. Menurut riwayat lain adalah lima dirham. Dalam riwayat lainnya lagi disebutkan, empat puluh dirham. Metode istinbat hukum Mazhab Syafi’i yang meniadakan batas terendah pembayaran maskawin adalah didasarkan pada hadis dari Qutaibah dari Abdul Aziz bin Abi Khazim yang telah disepakati shahihnya.Mazhab Hanafi menggunakan metode istinbat berupa qiyas. Dalam hal ini Mazhab Hanafi berpendirian bahwa itu analog ada kesamaan dengan ibadah, dimana ibadah itu ditentukan waktunya. Karena itu melakukan ibadah tanpa mentaati ukuran yang sudah ditentukan maka ibadahnya menjadi tidak sah. Disimpulkan bahwa mahar adat perkawinan Tunggu Tubang di Semende Darat Kabupaten Muara Enim dalam konteks pendapat Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanafi lebih cenderung menganut Mazhab Syafi’i yang mana ukuran kadar mahar tidak ada batas minimal dan maksimal, sesuatu yang mempunyai nilai dan harga dapat dijadikan mahar, tetapi harus jelas bentuk dan wujud dari mahar tersebut.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Perkawinan, Mazhab Syafi’i, Mazhab Hanafi, kadar mahar. |
Subjects: | K Law > K Law (General) |
Divisions: | Faculty of Law, Arts and Social Sciences > School of Law |
Depositing User: | perpus perpus perpus |
Date Deposited: | 07 Jun 2016 02:29 |
Last Modified: | 07 Jun 2016 02:29 |
URI: | http://eprints.radenfatah.ac.id/id/eprint/648 |
Actions (login required)
View Item |